FRAB Demo Tolak Kehadiran SK Sahrul Di SMAN 2 Woha
Surat penyataan sikap FRAB bersama ketua PGRI dan pihak sekolah (foto Aris) |
Bima,
Jerat Online – Masih terngiang dalam ingatan kita bahwa belum lama ini skandal pelecehan
seksual yang terjadi di SMAN 1 Monta yang melibatkan sejumlah siswi sebagai
korban, dengan tersangka tunggal oknum guru olah raga. Kasus tersebut ditangani
kejaksaan bima dan selesai atas pemaafan pihak korban.
Namun
bukan berarti sejarah itu dapat dengan mudah dilupakan oleh masyarkat, kendati hukum
tidak sempat menghukumnya namun hukum masyarakat saat ini mulai menimpa oknum guru
tersebut. Sebab keberadaan penempatan oknum ini tetap dalam pantauan
masyarakat.
Sejumlah
elemen masyarakat yang tergabung dalam Front Rakyat Bima (FRAB ) melakukan aksi
demontrasi penolakan terhadap oknum guru yang diduga pernah melakukan tindak
asusila.
Aksi
yang dilakukan di depan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN ) 2 Woha, Senin
(28/4/2016) menolak kehadiran Sahrul S.Pd oknum guru yang diduga pernah
melakukan tindakan asusila di sekolah asal SMAN 1 Monta. Dalam pernyataan
sikapnya massa aksi meminta agar SK mutasi oknum guru yang di tempatkan di SMAN
2 Woha agar ditinjau kembali karena dinilai mencederai dunia pendidikan.
Bahkan
dalam orasinya massa aksi menolak kehadiran oknum guru tersebut di empat
kecamatan yaitu Woha, Monta, Belo, dan Palibelo. Dari beberapa pernyataan di
atas Rangga, koordinatar lapangan (Korlap) berharap agar pihak terkait agar
segera menindak lanjuti persoalan ini. "Jika pemerintah daerah tidak
merespon persoalan ini. Masalah ini akan kami tindak lanjuti hingga propinsi
dan pusat," tegasnya.
Dalam
persoalan ini, kami hanya meminta kepada pemerintah dan pihak terkait agar SK
oknum guru tersebut di cabut dan tidak boleh di tempatkan di empat kecamatan
yaitu Woha, Monta, Belo, dan palibelo.
Menanggapi
tuntutan demonstran, Ketua PGRI Woha dan jajaran Komite SMAN 2 Woha membuat
surat pernyataan yang dituangkan dalam pernyataan sikap dengan beberapa poin
antara lain. Menolak setiap kebijakan
yang dapat menciptakan kondisi intabilitas di Woha. Meminta SK mutasi oknum
guru yang di tempatkan di SMAN 2 Woha agar di tinjau kembali. Menolak kehadiran
Sahrul S.Pd untuk ditempatkan di SMAN 2 Woha karena dinilai dapat merangsang
terjadinya konflik sosial di wilayah Woha barat yang sarat dengan konflik.
Aksi
demontrasi yang berlangsung selama 1 jam ini berlangsung damai dibawa
pengawalan ketat pihak Kepolian Sektor Woha dan diakhiri dengan penandatanganan
pernyataan sikap bersama yang menolak kehadiran Sahrul.[Aris]
Post a Comment