Header Ads

“Kekerasan Terhadap Perempuan” Dalam Novel Midah Si Manis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer


Putri Ningrum

Semakin berkembangnya zaman, semakin beragam pula persoalan yang muncul dan mengemuka. Kondisi perempuan menjadi isu yang tidak pernah habis dibahas. yakni kekerasan seksual terhadap perempuan, terutama dalam bentuk pemerkosaan, pelecehan seksual, dan kaum perempuan sebagai makhluk lemah. 

Hal ini berkaitan dengan sebuah novel yang berjudul Midah Si Manis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer, novel ini disajikan dengan mengangkat permasalahan sosial yang begitu kental di dalamnya. Pada novel Midah Si Manis Bergigi Emas ini cocok dikaji dengan menggunakan kajian sastra feminis melalui tokoh Midah, sehingga novel ini sangat menarik jika di analisis dengan menggunakan teori feminis. 

Teori feminis sebagai analisisnya dapat dikaji pada kedudukan dan peran tokoh wanita, ketertinggalan perempuan dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan dan aktivitas kemasyarakatan serta memperhatikan faktor pembaca, dalam hal ini sangat banyak aspek yang dapat dikaji namun pada novel ini lebih memfokuskan kepada aspek ketidakadilan gender bentuk kekerasan.

Novel ini sangat bagus dan layak untuk diapresiasikan karena novel ini menunjukan bagaimana Pengalaman hidup perempuan yang sangat berharga, bagaimana seorang perempuan yang begitu kuatnya untuk bertahan hidup tanpa harus bergantung kepada siapapun, mampu bertahan hidup dari hasil jeri payah sendiri, mampu melawan keras dan ganasnya kehidupan dan juga novel ini memberikan penyadaran kepada pembaca bahwa sebagai manusia kita tidak boleh sombong dan serakah. 

Pada novel yang berjudul Midah Si Manis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer ini menampilkan masyarakat Cibatok, masyarakat cibatok ini digambarkan masih menganut ketaatan dalam beragama dan harus sudah berstatus haji dengan menganggap laki-laki sebagai sosok utama, disamping itu wanita dianggap sebagai sosok untuk melengkapi. Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang menandakan ketidakadilan gender bentuk kekerasan dalam novel Midah Si Manis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer.

Kekerasan seksual dalam novel Midah ini dilakukan oleh Mimin terhadap Midah. “ Jangan ganggu aku. Aku sedang mengandung. Tetapi Mimin tidak peduli. Tubuhnya telah terguncang-guncang oleh terkaman itu. Jangan ganggu aku! Simanis mengeraskan cegahannya. Aku sedang mengandung” (Toer, 2015:40)

Disini terlihat jelas terjadinya ketidakadilan terhadap perempuan, Midah yang tengah terlihat jelas sedang mengandung tanpa jelas dari mana asal usulnya, dengan nafsu birahi yang tak bisa lagi dipendam oleh Mimin, Mimin masih saja memaksa ingin mengganggu dan menyetubuhi Midah. Tindakan ini merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan Mimin terhadap Midah. 

Salah satu penyebab terjadinya pemukulan dan serangan fisik adalah adanya perbedaan pendapat ataupun menyinggung perasaan pelaku. Pada novel Midah Simanis Bergigi Emas terdapat kutipan yang menceritakan seorang perempuan yang mengalami kekerasan berupa pemukulan sebagai berikut: “Dan waktu dilihatnya Midah masih asyik mengiringi lagu itu, ia tampar gadis itu pada pipinya. (Toer, 2015:18)”

Pada kutipan ini sangat terlihat jelas bahwa ayah midah sangat tidak mengijinkan midah untuk melakukan kegemarannya untuk bernyanyi, dan ayahnya melakukan kekerasan terhadap midah dengan menampar wajah Midah tanpa segan. 

Kekerasan dalam bentuk pelacuran Pada era globalisasi biaya hidup semakin mencekik rakyat menengah ke bawah, untuk itu bagi sebagian orang pelacuran menjadi pelarian dalam menyambung hidup. Pelacuran merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan yang diselenggarakan oleh suatu mekanisme ekonomi yang merugikan kaum perempuan . Dengan demikian pemicu kekerasan ini sebagaian besar disebabkan oleh faktor ekonomi. 

Pada novel “Midah Simanis Bergigi Emas” terdapat kutipan yang menyatakan adanya kekerasan dalam bentuk pelacuran sebagai berikut. “Midah dalam sepotong hidupnya yang sekarang, telah banyak bertemu lelaki-pertemuan antara segala-galanya. (Toer, 2015:131)”.
Dalam kutipan ini Midah sebagai tokoh utama pada novel Midah Si Manis Bergigi Emas ini sangat terlihat jelas, ia menyambung kehidupannya dengan mengambil jalan yang tidak benar, ia menjadi wanita nakal (pelacur) yang setiap harinya bertemu laki-laki yang berbeda dengan tujuan menghidupi keluarga kecilnya. 

“Setelah studio dan radio menjadi gelanggangannya yang biasa, ia merambahi jalan baru ke gelanggangan film. Kemanisannya dan usaha yang di tempuhnya mengakibatkan kekaguman ratusan rubu orang dan namanya dibisikkan sebagai ucapan cita dari banyak pemuda dan pemudi (Toer, 2015 : 132)”

Sangat terlihat jelas pada kutipan ini dari ketidakadilan menjadi sebuah keberuntungan bagi seorang perempuan. Pada awalnya midah hanyalah seorang yang tidak diberika kebebasan dan keadilan untuk memilih hak apa yang harus dia pilih , namun terlihat dari perjuangan dan pengorbanganannya dia sekarang sudah menjalani kehidupan di dunia perfilmman. Dunia yang penuh serba berkecukupan tidak seperti dunia yang ia jalani dahulu. 

Hal-hal yang dapat dipetik dari kekerasan yang terjadi pada novel Midah Si Manis Bergigi Emas ini adalah kita sebagai perempuan tidak boleh menjadi kaum yang lemah, kita harus terlihat kuat dalam hal apapun sehingga laki-laki tidak semena-mena dengan kaum perempuan, walaupun pada hakekatnya kaum laki-laki adalah calon imam untuk kaum perempuan, namun disamping itu kaum laki-laki harus tetap menghargai kaum perempuan selaknyaa kaum laki-laki menghargai seorang ibu yang mengandungnya selama sembilan bulan.

Faktor yang memungkinkan kekerasan pada kaum perempuan ini terjadi karena adanya relasi atau hubungan yang tidak seimbangn antara perempaun dan laki-laki hal ini disebut ketimpangan atau ketidakadilan gender. Perbedaan peran dan hak perempuan dan laki-laki di masyarakat yang menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari laki-laki. Hak istimewa yang dimiliki laki-laki ini seolah-olah menjadikan perempuan sebagai barang milik laki-laki yang berhak untuk diperlakukan semena-mena, termaksud dengan cara kekerasan. 

Oleh sebab itu, kaum perempuan tidak boleh berkecil hati dan pasrah akan ganasnya kehidupan. Perempuan juga harus dapat berusaha, bekerja keras sehingga kaum perempuan tidak dianggap lemah oleh kaum laki-laki. Saat inipun derajat kaum wanita sudah terangkat oleh adanya emantisispasi wanita di Indonesia, jadi wanita harus terus berjuang dan berusaha sebisa mungkin untuk menciptakan keberhasilan yang bisa mengangkat derajat kaum perempuan, dengan demikian kisah kekerasan yang terjadi pada novel Midah Si Manis Bergigi Emas akan minim terjadi dikehidupan masyarakat.*)

Penulis : Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhamaddiyah Malang

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.