Header Ads

Opini : Sigi Nae, Rekonsiliasi Atau Kita Lupakan Bersama



Penulis : Rangga Babuju

Sigi Nae (Masjid Raya) Bima yang berdiri megah tapi belum tuntas diwilayah Saleko Kota Bima ini, cukup menyita perhatian Publik Bima. Bukan saja yang ada di Bima, pun diluar Bima. Bagaimana tidak, 16 Tahun, Sigi Nae ini belum tuntas juga. 

Selama Sigi Nae ini direhab, dirombak dan direnovasi (2000 - 2016) dalam ingatan saya, baru 3 kali saya masuk dan keliling dari lantai bawah hingga atas (2 lantai). Terakhir saya ke dalam Sigi Nae saat Ramadhan kemarin. Hanya untuk memastikan beberapa foto yang dikirim oleh kawan-kawan. 

Selama ini saya pribadi maupun Komunitas BABUJU memang tidak pernah membahas atau memposting tentang Sigi Nae. Namun, jujur, hampir 4 tahun terakhir kami mengikuti, menyimak dan mendengar banyak hal dari banyak org tentang Sigi Nae. Dan baru 2 minggu terakhir saya pribadi mencoba mengeksplore tentang Sigi Nae di forum-forum Resmi. Hanya ada 2 pilihan, Rekonsiliasi atau Lupakan....! 

Benar, banyak orang yang menyumbang untuk Sigi Nae tapi tidak bisa di pungkiri bahwa sebagian orang yang menyumbang untuk Pembangunan 'Rumah Allah' tersebut ingin melihat perkembangan dan perubahan fisik dari apa yang disumbang. Pihak Yayasan sangat jarang mempublish Dana yang masuk dan Dana yang telah digunakan untuk Pembangunan Sigi Nae, baik melalui media cetak maupun media online. Malah, yang ada Berita Kucuran Dana bantuan untuk Sigi Nae dari Pemerintah, dari si A, B dan seterusnya. Secara Fisikly, belum nampak signifikan. So, public mulai su'udzun, meskipun tidak demikian adanya. 

Apakah tersendatnya Pembangunan Sigi Nae karena Soal Dana kah...? Soal Konstruksi nya kah...?? Soal 'Social Trust' kah...?? Atau ini soal Ego kepengurusan....??? 
Saya pribadi berpendapat, bahwa 4 hal yang saya sebutkan diatas penting dan punya keterkaitan satu sama lainnya. 

Soal 'trust' sangatlah penting dan hal ini menjadi modal utama. Utk itu karena kita butuh orang lain dan lembaga profit sebagai sumber keuangan, termasuk Lembaga pemerintah. Untuk meraih 'Trust' ini kita butuh Kesan atau responsibilitas sosial. Utk meraih itu bisa melalui kredibilitas, bisa akuntabilitas, bisa pula melalui Netralitas dalam dinamika politik kedaerahan. 

Jika 'trust' telah diraih, maka Dana pun degan mudah mengalir masuk. Dengan demikian konstruksi bisa disepakati dan di design sebagus mungkin. Namun, semua itu hanya dapat dicapai dengan menanggalkan Ego, baik pada internal Yayasan, Panitia Pembangunan maupun pemerintah itu sendiri. 

Jika Ego masih dipertahankan, maka konstruksi sebagus apapun tdk akan pernah baik. Akibatnya 'Trust' tidak akan pernah diraih dan Donatur tadak akan pernah mau melirik. Lalu UNTUK APA DILANJUTKAN....??? 

Untuk itu untuk Penuntasan Sigi Nae Menurut hemat saya, masyarakat Bima harus segera mendorong REKONSILIASI. Dalam kamus bahasa Indonesia, Rekonsiliasi adalah perbuatan memulihkan Persahabatan seperti semula atau Memperbaiki perbedaan yang ada. 

Dalam hal Sigi Nae, Rekonsiliasi adalah Memaafkan yang sudah berlalu (memutihkan) tanpa ada yg dikorbankan atau yang dijadikan 'kambing hitam' dengan catatan, Pengurus Yayasan atau Yayasan harus segera diganti untuk memulihkan 'trust' yang dimaksud.  Dan ini harus segera dibahas dan keputusan (rekonsiliasi) diterima bersama dengan legowo. 

Atau Jika tidak, AYO KITA LUPAKAN bersama soal Pembangunan Sigi Nae. Dengan catatan, Audit investigation atas permohonan Public terhadap Dana Public yang masuk selama ini. Dengan konsekwensi akan ada yang mempertanggungjawabkan penggunaan dana publik dan dana negara (hibah) selama ini. Lalu, kita semua harus sepakat untuk melupakan Pembangunan Sigi Nae dan membiarkannya menjadi Prasasti Sejarah yang akan dikisahkan dari masa ke masa. 

Dari pada persoalan Sigi Nae ini dari masa ke masa, dari generasi ke generasi menjadi Fitnah yang turun temurun akibat membias nya berbagai asumsi yang terbangun dari berbagai presepsi sejarah yang tercipta atas Sigi Nae.  Hari ini saja, berbagai asumsi tengah terbangun akibat 16 tahun pembangunan terbengkalai tak mnunjukan hasil yg signifikan. Mau kah kita menjadi bagian dari Pelaku Dosa sejarah ini...??? 

Banyak mata yang kini tengah memantau dan mengawasi pembangunan Sigi Nae.  Rencana dan rancangan Pembangunan Masjid Terapung Amahami yg dilakukan oleh Pemkot pun menurut saya adalah bentuk Kekecewaan Pemkot atas belum jelasnya finalisasi pembangunan Sigi Nae. Masyarakat Kota Bima maupun Kab Bima pun nampaknya mulai apatis untuk berkontribusi lagi karena partisipasi yang lalu saja belum menunjukan fisik yang diharapkan. 

Belum lagi dinamika Politik lokal Daerah yang cenderung menjadikan Sigi Nae sebgai 'Icon' politik sebagai jargon yang menarik untuk menjadi 'umpan' politik. 

SEMOGA SAYA SALAH, DAN MAAFKAN ATAS KEKELIRUAN BERPIKIR SAYA. #KotaBima, 13 Juli Dihadapan Bagian Utara Sigi Nae, Catatan ini tersusun.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.