Diduga, Data Penerima BSM SMAN 2 Madapangga Fiktif
Saat konfirmasi di ruang TU bersma bendahara dan operator |
Bima, Jerat Online – Skandal yang
terbangun di petinggi SMAN 2 Madapangga akhirnya tercium, lewat pengakuan salah
satu sumber yang mensinyalir terjadi
manipulasi data pengusulan siswa calon penerima dana BSM tahap II tahun 2015.
Dari 62 orang nama siswa penerima BSM
ini terindikasi 25 orang bukan siswa
asli SMAN 2 Madapangga. Sejumlah nama
yang juga berhasil dihimpun diantaranya Aan warga desa Tonda mantan siswa SMAN
1 Madapangga, demikian juga Sukirman alias Poke, bahkan Nadia adalah siswi
salah satu SLTP di Dena. Parahnya lagi, nominal yang dibagi ke siswa tersebut
hanya 200 ribu rupiah.
Fakta ini terkuak, kata sumber yang
tidak ingin dikorankan namanya, “ketika sejumlah orang tua siswa complain dan
membandingkan dengan nominal yang diterima pada tahap pertama yakni 950 rb,”
ungkapnya di Sila selasa (23/8) siang.
Sejumlah nama petinggi sekolah juga
terseret dalam skandal ini, “Skandal ini dicurigai atas prakarsa lingkaran di
sekolah tersebut yakni Operator, wakasek kesiswaan, dan bendahara bersama
kepala sekolah,” lanjutnya.
“Untuk sementara tolong rahasiakan nama
saya mas, jika saatnya nanti saya harus buktikan pengakuan ini maka saya siap
untuk memberikan kesaksian sekaligus mempertanggungjawabkan keterangan saya,”
tutupnya.
Bendahara sekolah Dra Ramlah yang
ditemui di sekolah selasa (23/8) menepis terkait persoalan BSM, “Saya hanya
bendahara dan tidak tahu tentang proses itu, silahkan adinda konfirmasi
langsung ke kepala sekolah,” tepisnya di hadapan sejumlah wakasek dan guru.
Sementara di tempat terpisah A. Bakar
Ismail, M.Pd kepala SMAN 2 Madapangga yang dikonfirmasi via selurernya
membantah keras atas tudingan tersebut, “Pertama, proses BSM ini bukan atas
usulan kepala sekolah atau pihak sekolah melainkan dengan penentuan pusat
melalui Dapodik yang telah ada sebagai data sekolah,” ketusnya.
“Jika pun ada nama siswa lain, itu hanya
kekeliruan dan karena ada kesamaan nama saja. Itupun sudah tidak ada masalah
karena setelah dikonfrontir melalui kartu keluarga (KK) dan foto siswa ternyata
terjadi kesamaan nama saja,” ungkapnya.
Berbicara soal potongan, katanya, “Orang
tua siswa justru ada yang menawarkan sumbangan 100rb untuk sekolah namun saya
tolak karena dana itu untuk kebutuhan dan meringankan siswa,” ketusnya.
“Namun untuk jelasnya, tolong adinda
datang ke sekolah saya besok, agar kami bisa beberkan bukti-bukti bahwa
tudingan indikasi data fiktif itu tidaklah benar”. Tutupnya.
[Jr Team]
Post a Comment