Header Ads

Opini : Tramadol Salah Satu FaktorTerpuruknya Mental Generasi di Bima


Bung Ages Saputra (Kepala Biro Kota Jerat Group)

Bung karno mengatakan maju mundurnya suatu negara, tergantung pada generasi muda. Pesan ini mengisyaratkan akan pentingnya menjaga dan memberikan pendidikan dan pengawasan yang baik bagi generasi penerus sebuah bangsa.

Dahulu Bima dikenal dengan serambi mekkah ke dua dari Aceh, gelar ini diperoleh karena 100 porsen penduduknya beragama Islam dengan keragaman budaya dan adat kesantunannya yang bernuansa islami. Penuh keharmonisan dan kekeluargaan dengan semangat gotong royongnya yang kental.

Pengaruh perkembangan jaman, semua itu perlahan punah dan kini Bima dikenal karena angka kriminalitasnya yang sangat tinggi dengan tipikal penduduknya yang tempramental, mudah tersulut profokasi mengedepankan arogansi untuk menyelesaikan setiap gejolak sosial.

Tindak kriminalitas ini terjadi mayoritas bersumber dari kalangan remaja dan pemuda, semua pelaku mulai dari curanmor, curas, perkelahian dengan menggunakan senjata tajam hinga pembunuhan pelakunya adalah kalangan usia produktif.

Pergaulan bebas dan brutal juga sudah tidak terkontrol baik perorangan maupun menghimpun diri dalam satu kelompok atau ‘Gang’ misal Gang Daboribo, Gang Tembe, Gang Sagole dan lainnya. Mereka berkumpul dalam satu aktivitas kekerasan dan tidak jauh dari Miras dan Narkoba.

Belakangan, kebutuhan Narkoba tidak sebanding dengan kemampuan untuk memperolehnya sehingga beralih pada jenis-jenis obat dalam bentuk racikan maupun tablet seperti ‘Tramadol’ dengan harga yang sangat murah dan mudah didapatkan di warung, Apotik maupun Rumah sakit.

Maraknya remaja dan pemuda yang mengkonsumsi obat penenang ini perlahan banyak korban ketergantungan hingga tidak sedikit yang meregang nyawa, keresahan akibat beredarnya kapsul tersebut pun dirasakan sehingga larangan ringan hingga terbitnya ketentuan yang menegaskan bahwa Tramadol masuk pada jenis Narkoba sehingga penanganan hukum disetarakan dengan jenis narkoba lainnya.

Terlambat memang, tapi dari pada tidak sama sekali. Karena akibat longgarnya pengawasan serta hilangnya budaya dan adat Bima seperti yang saya tuturkan diatas, generasi penerus bangsa di daerah ini semakin ‘Liar’ dan Arogan. Watak ini terbentuk dalam lingkungan yang antipati dan pengaruh Tramadol.

Sekalipun kapsul haram ini langka namun praktek jual beli masih terus berlangsung, begitupun konsumsinya masih dengan bebas dipertontonkan karena upaya penegakan hukum untuk efek jera belum maksimal dilakukan.

Faktor lain terpuruknya mental generasi muda di bima adalah minimnya lapangan pekerjaan didukung dengan sumber daya manusianya yang juga masih pada standar dibawah rata-rata, sehingga daya kreatifitasnya menjadi kurang.

Peran serta organisasi kepemudaan seperti KNPI dan Karang taruna sangat dibutuhkan untuk terlibat penuh untuk solusi ini, demikian pula pemerintah daerah harus memiliki catatan khusus untuk keluar dari sangkar kebrutalan generasinya.*)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.